Diskusi mengenai dampak negatif jejaring sosial kembali mengemuka. Kali ini dalam pertemuan tahunan “American Psychological Association” ke-119. “Tak ada yang menyangkal bahwa Facebook telah menjadi ruang bagi interaksi sosial, terutama untuk para generasi muda. Saat ini mulai bermunculan penelitian psikologi yang mendalam mengenai dampak negatif dan positifnya, ” ujar Larry D. Rosen, PhD, profesor di bidang psikologi dari California State University, Dominguez Hillz, seperti dikutip Science Daily, Senin, 8 Agustus 2011.
Beberapa efek negatif yang ditengarai muncul pada remaja yang sering mengakses Facebook antara lain munculnya kecenderungan pribadi narsistik, sementara bagi kaum dewasa muda akan timbul lebih banyak gejala dari berbagai kelainan psikologis, antara lain perilaku antisosial, mania, dan kecenderungan perilaku agresif.Penggunaan media ini secara harian juga memiliki efek negatif bagi kesehatan anak maupun remaja karena membuat mereka menjadi mudah terserang kecemasan dan depresi, yang selanjutnya membuat mereka lebih mudah terserang masalah kesehatan.
Tidak hanya itu, Facebook juga dituding dapat berpengaruh negatif pada prestasi akademik karena dianggap sebagai pemecah konsentrasi. Penelitian mengungkapkan bahwa siswa SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang mengecek Facebook setidaknya sekali setiap lima belas menit pada waktu belajar akan mendapat nilai yang lebih rendah.
Meski begitu, Rosen juga menyebut dampak positif Facebook, antara lain menumbuhkan ‘empati virtual’ bagi para pengguna mudanya, juga dapat menolong remaja introvert untuk belajar bersosialisasi dengan bantuan teknologi. Facebook juga dinilai dapat menjadi sarana baru pengajaran yang dapat menggaet para pelajar muda.
Untuk para orang tua, Rosen berpesan bahwa tidak ada gunanya memata-matai kegiatan anaknya di balik monitor, seperti memasang program pengawas, karena anak-anak tersebut dapat segera mengambil jalan keluar untuk lolos dari perangkat tersebut. “Anda harus mulai berdiskusi mengenai teknologi apa yang patut mereka gunakan sejak dini dan juga membangun kepercayaannya. Jadi, saat mereka dijadikan sasaran bully atau melihat gambar tak senonoh, mereka akan segera membicarakannya pada Anda,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar orang tua membangun komunikasi dengan anak-anaknya, terutama mendengarkan anak-anaknya, ketimbang hanya berbicara kepada mereka. “Perbandingannya adalah satu banding lima. Orang tua seharusnya berbicara selama satu menit dan mendengarkan dalam lima menit,” katanya. (Sumber)