Ponsel sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia moderen. Sesekali matikan alat komunikasi tersebut, sebab jika sampai kecanduan maka ponsel bisa memicu berbagai gangguan jiwa mulai dari depresi hingga insomnia.
Seorang psikolog dari Lancester Univeristy, Prof Cary Cooper mengatakan bahwa terlalu lama menatap layar Blackberry atau iPhone bisa membuat orang 'mati rasa' atau kehilangan kepekaan emosi. Jika berlarut larut, kondisi ini bisa memicu stres.
"Menatap layar LCD terus menerus bisa membuat seseorang terasing dan kehilangan interaksi dengan lingkungannya. Seperti halnya televisi, kecanduan ponsel juga bisa merampas isi pikiran," kata Prof Cooper seperti dikutip dari The Sun, Kamis (22/12/2011).
Bukan cuma stres secara sosial, kecanduan ponsel juga bisa memicu depresi secara klinis. Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan farmasi bayer mengungkap, 28 persen perempuan mengeluhkan kualitas kehidupan seksualnya yang menurun sejak kecanduan ponsel cerdas.
Stres yang berkelanjutan juga disebut-sebut sebagai sumber dari berbagai masalah kejiwaan. Seseorang yang sedang stres tak cuma mudah depresi, tetapi juga lebih rentan insomnia atau susah tidur yang dampaknya secara fisik membuat tubuh jadi mudah sakit.
Ketika sudah kecanduan ponsel cerdas dengan berbagai fiturnya yang canggih, seseorang juga lebih rentan mengalami gangguan perilaku obsesif. Bentuknya bermacam-macam, namun kebanyakan jadi sering mengecek email, pesan singkat maupun update status di jejaring sosial.
"Teknologi bisa bersifat adiktif (nyandu) sehingga tergolong psikoaktif. Alat-alat seperti ponsel bisa mengubah suasana hati. Karena orang cenderung menantikan kabar baik, maka orang itu akan mengecek ponselnya terus-menerus," lanjut Prof Cooper.
Otak yang terpapar terlalu banyak informasi melalui email atau pesan pendek bisa mengalami kelelahan. Akibatnya pesan-pesan yang sebetulnya penting tapi mungkin kurang menyenangkan, cenderung mudah terlupakan karena fungsi memori di otak mulai menurun.
sumber